Minggu, 31 DESEMBER 2023 • 19:30 WIB

Skandal Manipulasi Uji Keselamatan, Daihatsu Diperkirakan Rugi hingga Rp10 Triliun!

Author

Ilustrasi perusahaan otomotif Jepang, Daihatsu Motors diperkirakan rugi hingga Rp10 Triliun akibat manipulasi uji keselamatan.
INDOZONE.ID - Daihatsu diperkirakan akan mengalami kerugian hingga 100 miliar yen atau sekitar Rp10,9 trilun, akibat skandal uji keselamatan yang menimpa raksasa otomotif Jepang ini. Hal ini diungkap Nikkei Asia dalam laporannya beberapa waktu lalu.

Menurut laporan berita tersebut, nilai kerugian ini timbul karena Daihatsu harus menghentikan operasi pabrik dan ekspor hingga akhir Januari 2024.

Selain itu, perusahaan otomotif ini juga harus memberikan kompensasi dan ganti rugi kepada 432 pemasok langsung dan mitra, serta membayar biaya tambahan yang timbul akibat investigasi dan uji keselamatan.

“Tergantung pada skala kompensasi, kerugian Daihatsu dapat mencapai 100 miliar yen atau lebih,” ungkap peneliti dari Tokai Tokyo Research Institute Seiji Sugiura, dikutip Minggu (31/12).

Tidak hanya kerugian finansial, akibat skandal yang telah dilakukan anak perusahaan Toyota ini juga terancam menghadapi hukuman lain, termasuk pencabutan sertifikasi yang diperlukan untuk produksi massal.

Baca Juga: Daihatsu Ayla Kecelakaan Tunggal di GT Tomang sampai Terbalik, Sopir Diduga Mengantuk

Jika ha lini terjadi, kerugian yang dapat menimpa Daihatsu akan lebih tinggi lagi.

Sementara itu, menurut The Guardian, Daihatsu telah melakukan manipulasi uji keselamatan terhadap 64 model kendaraan, termasuk yang dpasarkan dengan nama Toyota selama lebih dari 30 tahun.

Beberapa model tersebut antara lain, Toyota Yaris Ativ, Agya dan Perodua, mobil yang diproduksi Daihatsu bersama perusahaan Malaysa, serta kendaraan lain yang sedang dikembangkan Daihatsu.

Presiden Daihatsu Motor Soichiro Okudaira meminta maaf atas manipulasi uji keselamatan yang dilakukan perusahaannya.

Masalah dengan uji tabrak yang dipalsukan pertama kali terungkap pada bulan April, ketika perusahaan tersebut mengakui telah memanipulasi data pada empat model yang diproduksi di Thailand dan Malaysia dari tahun 2022 – 2023.

Sejak saat itu, perusahaan mengakui bahwa masalah serupa telah terjadi di hampir seluruh proses produksinya, dan penyelidikan internal menemukan data palsu yang berasal dari tahun 1989.

“Kami mengkhianati kepercayaan pelanggan kami. Semua kesalahan ada pada manajemen,” kata CEO Daihatsu Soichiro Okudaira pada konferensi pers di Tokyo pekan lalu.

Baca Juga: Daihatsu Resmi Perkenalkan Ayla Generasi Terbaru

Karena penangguhan produksi sejak 25 Desember sampai akhir Januari 2024 di seluruh pabrik-pabriknya di Jepang, setidaknya 9.000 pekerja dan lebih dari 8.000 pemasok akan terdampak.

Karena skandal ini, serikat pekerja Daihatsu pun menuntut agar perusahaan membayar 90% dari upah regular kepada para pekerja di pabrik-pabrik yang terkena dampak selama periode penghentian produksi.

Melansir Japan Times, pabrik yang berhenti beroperasi antara lain, pabrik di Kota Ryuo, Prefektur Shiga, pabrik di Kota Oyamazaki, Prefektur Kyoto dan pabrik anak perusahaan Daihatsu Motor Kyushu di Kota Nakatsu, Prefektur Oita.

Kemudian menyusul pada Selasa (26/12/2023), Daihatsu juga telah menghentikan operasi pabrik di kantor pusatnya di kota Ikeda, Prefektur Osaka.


Konten ini adalah kiriman dari Z Creators Indozone. Yuk bikin cerita dan konten serumu serta dapatkan berbagai reward menarik! Let's join Z Creators dengan klik di sini.

Z Creators

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi

Sumber: Japan Times