INDOZONE.ID - Akio Toyoda, bos besar Toyota, memicu kontroversi setelah menyebut mobil listrik tak lebih ramah lingkungan dibanding hybrid.
Tapi berbagai studi dari China hingga global justru menunjukkan EV punya emisi jangka panjang paling rendah, bahkan ketika listriknya masih disuplai batu bara.
Pernyataan Akio Toyoda soal mobil listrik seperti menyerang China.
“9 juta mobil listrik itu mengeluarkan karbon setara 27 juta hybrid,” katanya dalam wawancara April 2025 lalu dikutip Carnewschina, Rabu (18/6/2025).
Klaim ini langsung memancing diskusi baru soal seberapa hijau sebenarnya kendaraan listrik berbasis baterai (BEV).
Toyoda memang sejak awal punya pendekatan “multi-jalur”. Bukan cuma jualan BEV, Toyota juga dorong hybrid, mesin bensin efisien, dan fuel cell. Tapi, menurut dia, produksi jutaan BEV di Jepang malah bisa nambah emisi karena listriknya masih banyak dari batu bara.
Baca juga: Toyota bZ5X 2025 Resmi Hadir di China, Gunakan Teknologi Blade Battery dari BYD!
Faktanya Gimana?
Penelitian dari Universitas Tsinghua (2022) menunjukkan bahwa mobil listrik di China menghasilkan 20–30% lebih sedikit emisi CO₂ sepanjang masa pakainya. Bahkan sudah memperhitungkan listrik dari batu bara.
Data dari China Automotive Technology & Research Center (CATARC) juga mendukung. Mobil listrik compact mengeluarkan sekitar 118g CO₂/km, sedangkan mobil bensin setara mencapai 163g/km.
Listrik di China sekarang terus bersih, lebih dari 40% dari energi non-fosil pada 2024, dan diprediksi tembus 50% pada 2030.
Baca juga: 5 Fitur Keamanan Toyota All New Veloz Q TSS Terbaru 2025 Ini Bikin Perjalananmu Makin Nyaman!
EV Tetap Paling Efisien
Kalau kita lihat lebih luas, hasilnya makin jelas. Studi Nature tahun 2022 bilang, EV punya emisi paling rendah di lebih dari 95% wilayah dunia.
Tapi, emisi dari proses produksi baterai EV masih tinggi, sekitar 11–14 ton CO₂, dibandingkan 6–9 ton pada mobil hybrid atau bensin biasa.
Laboratorium Nasional Argonne menemukan bahwa EV mencapai titik impas karbon setelah menempuh 31.000–45.000 km. Setelah itu, emisi sepanjang masa pakainya tetap jauh lebih rendah dibanding kendaraan lain.
Hybrid Juga Gak Selalu Efisien
Hybrid memang lebih hemat dibanding mobil bensin murni, tapi hasilnya sangat tergantung pengguna. Mobil hybrid konvensional seperti Prius hanya pakai baterai kecil dan jarang bisa jalan full listrik.
Plug-in hybrid (PHEV) lebih fleksibel karena bisa jalan 30–80 km dengan tenaga listrik. Tapi kenyataannya banyak pemilik mobil hybrid di Eropa jarang ngecas mobil mereka. Itu artinya, bikin emisi sebenarnya di dunia nyata lebih tinggi dari hasil uji lab.
Produksi Baterai Makin Bersih
Industri juga terus berbenah. Raksasa baterai seperti CATL dan BYD kini banyak pakai baterai LFP dan LMFP yang bebas kobalt dan nikel, jadi lebih ramah lingkungan.
CATARC mencatat, intensitas karbon dari produksi baterai turun sekitar 15% antara 2020 dan 2024.
Toyota Serius Garap EV
Meski bosnya vokal soal hybrid, Toyota tetap serius di mobil listrik, terutama di China.
Mereka kerja bareng Huawei, Xiaomi, dan Momenta buat kembangkan teknologi pintar, dari kokpit digital sampai sistem bantuan pengemudi.
Perusahaan patungan seperti GAC Toyota dan FAW Toyota sudah siapkan lini BEV dan PHEV khusus. BYD bahkan jadi penyedia komponen kunci.
Beberapa model baru seperti bZ5, bZ3X, dan bZ7 adalah bagian dari strategi lokalisasi dan efisiensi baru Toyota.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: Carnewschina