INDOZONE.ID - Ada suatu fenomena yang terjadi di masyarakat era sebelum tahun 2000. Anak-anak merasa takut diculik setiap kali melihat mobil Jeep di jalan. Dahulu, mobil Jeep penculik ini dikenal dengan mobil Duyung.
Fenomena itu terjadi dipengaruhi film yang banyak menayangkan adegan penculikan menggunakan mobil Jeep. Selain film, jika ditelusuri jejak asal mula mobil Jeep disebut mobil penculik, bisa jadi hal tersebut benar adanya.
Pada tahun 1970 hingga 1990-an, banyak orangtua yang sering menakut-nakuti anak-anak mereka agar tidak bermain terlalu jauh. Larangan itu karena muncul kekhawatiran bahwa anak-anak akan diculik orang jahat.
Kekhawatiran itu bukan tanpa alasan, sebab pada tahun-tahun tersebut pemerintah sedang gencar melakukan pembangunan yang sayangnya, di balik proses pembangunan tersebut, terjadi praktik perdukunan hitam.
Pada akhir tahun 1970-an dibangunlah sebuah bangunan yang akan membendung Sungai Bengawan Solo. Mega proyek ini nantinya amat bermanfaat bagi masyarakat sekitar.
Bangunan yang ditargetkan cepat selesai itu, sayangnya sejak awal mengalami banyak kendala yang menghambat target waktunya. Konstruktor yang bertanggung jawab pun mengalami dilema dan memutuskan mengambil jalan pintas, yakni jalur perdukunan.
Seperti yang diketahui, dalam dunia perdukunan dikenal dengan ilmu putih dan ilmu hitam. Syarat yang diajukan Kyai ilmu putih kepada pihak konstruktor adalah puasa 40 hari, namun tentunya itu akan memakan waktu yang sudah semakin mepet.
Sedangkan syarat yang diajukan dukun ilmu hitam sangat berat, agar pembangunan lancar dan selesai tepat waktu harus menumbalkan 60 kepala anak-anak yang belum baligh yakni maksimal berumur 13 tahun.
Seperti sudah hilang arah karena mengejar target waktu yang jika molor akan mengalami kerugian, pihak penanggung jawab pun menyanggupi syarat dukun hitam dan menyuruh pihak ketiga untuk mencari tumbal anak-anak.
Diketahui para pencari tumbal memakai mobil Jeep jenis Hard Top, Van, atau VW Combi. Mereka terbagi menjadi lima kelompok yang masing-masing beranggotakan tiga orang dan berperan sebagai sopir, eksekutor, dan asisten eksekutor.
Kelompok tersebut diberi nama ‘Duyung’ yang memiliki simbol gunting dan golok. Gunting mnyimbolkan pencongkel mata sedangkan golok sebagai pemenggal kepala. Konon, Duyung memiliki backing-an yang kuat dari pemerintah karena keberadaan mereka kemudian hanya menjadi isu belaka.
Kelompok Duyung menjerat anak-anak di wilayah Jawa Tengah hingga Jawa timur yang sedang bermain atau bertemu di jalan sepulang sekolah. Mereka diculik, dimasukkan ke dalam Jeep, dibekap, dan dibawa ke tempat sepi.
Tak hanya itu, aksi paling keji yaitu anak-anak digorok lehernya, dicungkil matanya, dan badannya dibuang begitu saja di hutan atau jurang terdekat.
Bagian kepala akan ditaruh dalam karung tuk diberikan pada pihak konstruksi, sedangkan bola matanya diberikan sebagai penglaris. Saat itu, umumnya penjual es dawet yang sering menggunakannya.
Setelah terkumpul, kurang lebih 20 kepala ditanam di tanggul, belasan kepala di pintu air, sisanya ditanam sebagai penahan longsor. Konon, perjanjian tumbal kepala anak-anak ini berlaku selama 100 tahun.
Itulah asal mula mobil Jeep disebut sebagai mobil penculik. Siapa sangka asal mula mobil Jeep disebut mobil penculik berawal dari kisah pencarian tumbal kepala anak-anak yang dibutuhkan untuk pembangunan saat itu.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: Z Creators