INDOZONE.ID - Belakangan ini, istilah "cumi darat" menjadi populer di kalangan masyarakat Semarang untuk menggambarkan kondisi bus rapid transit (BRT) Trans Semarang yang sering mengeluarkan asap hitam tebal.
Julukan ini diberikan karena banyaknya keluhan tentang asap hitam yang keluar dari knalpot bus tersebut, terutama saat bus mempercepat laju atau menanjak.
Meski BRT Trans Semarang memainkan peran penting dalam mobilitas masyarakat, baik untuk anak sekolah, pekerja, maupun lansia, masalah asap hitam ini menimbulkan kekhawatiran serius.
Baca Juga: 5 Fungsi Glaswool di Knalpot Motor Racing, Simak Kegunaannya!
Pengguna jalan, terutama pengendara motor, sering kali harus menghadapi polusi udara dari bus tersebut yang dapat membahayakan kesehatan mereka. Berikut ini beberapa hal yang disorot dalam temuan hasil penelitian yang diterbitkan dalam jurnal berjudul "Dampak Polusi Udara pada Kesehatan" tahun 2023.
Respons Pemerintah yang Dinilai Lambat
Masalah asap hitam ini bukan hal baru dan sering kali menjadi topik diskusi di media sosial. Namun, hingga saat ini, respons dari pihak berwenang dinilai tidak memadai.
Meskipun laporan mengenai polusi dari BRT telah banyak muncul di berbagai media, tidak ada langkah konkret yang diambil untuk memperbaiki masalah tersebut.
BRT tetap beroperasi, sementara keluhan masyarakat terus meningkat seiring dengan semakin tebalnya asap yang dihasilkan.
Dampak Asap Hitam Terhadap Kesehatan
Menurut jurnal nasional Dampak Polusi Udara pada Kesehatan, polusi udara dari kendaraan bermotor, termasuk BRT, dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan serius.
Baca Juga: 5 Penyebab Knalpot Motor Nembak Ketika Lepas Gas, Simak Masalah Utamanya!
Asap hitam yang dihasilkan kendaraan mengandung partikel halus (PM2.5) dan berbagai polutan berbahaya seperti karbon monoksida (CO), nitrogen dioksida (NO2), dan sulfur dioksida (SO2).
Jika dihirup dalam jangka waktu lama, polutan ini dapat memicu gangguan kesehatan pada saluran pernapasan, termasuk:
- Iritasi saluran pernapasan: Paparan asap dapat menyebabkan batuk, pilek, hingga iritasi tenggorokan.
- Masalah pernapasan kronis: Polusi udara dapat memperburuk penyakit seperti asma, bronkitis kronis, dan emfisema.
- Risiko penyakit jantung dan kanker paru-paru: Polusi udara telah dikaitkan dengan peningkatan risiko penyakit kardiovaskular dan kanker paru-paru, terutama jika paparan terjadi dalam jangka panjang.
Dalam jurnal tersebut juga disebutkan bahwa kelompok yang paling rentan terhadap dampak polusi udara adalah anak-anak, lansia, dan orang-orang dengan penyakit pernapasan.
Polusi udara yang terus meningkat tanpa adanya penanganan yang memadai bisa memperburuk kualitas hidup masyarakat dan meningkatkan angka kesakitan.
Perlunya Tindakan Cepat
Penting bagi pemerintah untuk segera mengambil tindakan guna mengurangi polusi udara dari BRT. Salah satu solusi yang dapat diterapkan adalah perawatan berkala terhadap mesin-mesin bus dan penggunaan bahan bakar ramah lingkungan.
Selain itu, pengembangan transportasi yang lebih bersih dan efisien, seperti bus listrik atau hibrida, juga dapat menjadi langkah jangka panjang yang penting untuk mengurangi dampak polusi udara.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: Jurnal Nasional