Kamis, 25 APRIL 2024 • 13:49 WIB

Mengulas Sejarah Trem Kuda, Moda Transportasi Umum Massal Pertama di Batavia

Author

Ilustrasi trem kuda di Batavia

INDOZONE.ID - Batavia pada abad ke-18 hingga awal abad ke-19, belum memiliki transportasi darat yang bisa mengangkut banyak orang. Meski begitu, keberadaan transportasi darat tetap ada.

Transportasi darat yang mendominasi jalanan di Batavia saat itu adalah kereta kuda dan pedati. Namun kedua moda transportasi ini bukan transportasi umum massal.

Saat itu Batavia yang menjadi pusat perekonomian dan pusat perdagangan kemudian memerlukan alat transportasi yang efektif, efisien, cepat, dan murah.

Selain itu, Batavia juga memerlukan transportasi untuk pengangkutan barang dagang dan tenaga kerja.

Melihat hal ini, pemerintah Hindia Belanda kemudian menjawab kebutuhan tersebut dengan membangun jaringan trem, alat transportasi kota jarak dekat dengan harapan lebih efektif dan efisien untuk mengangkut penumpang, yang dinamai trem kuda.

Perkembangan Trem Kuda

Ilustrasi trem kuda di Batavia

Batavia sebagai kota kolonial mulai menerapkan transportasi trem kuda pada tahun 1869. Tepat pada 20 April 1869, trem kuda pun diresmikan di Batavia.

Trem kuda dibandingkan dengan transportasi lain yang ada saat itu, menjadi satu-satunya transportasi umum di Batavia yang bisa mengangkut banyak penumpang.

Baca Juga: Inovasi Jak Lingko: Masterpiece Kebijakan dalam Menciptakan Transportasi Publik yang Efisien dan Adil

Pembangunan trem kuda di Batavia dicetuskan oleh J. Babut du Mares dan direncanakan pada tahun 1860, yang mendapatkan ide dari trem kuda di Amerika Serikat.

Firma Dummler & Co merealisasikan gagasan Babut du Mares dengan mengajukan konsensi ke pemerintahan pada 24 Oktober 1866.

Proyek pembangunan dan pengoperasian trem kuda pun disetujui oleh pemerintah Belanda. Pemerintah Hindia Belanda memberi pelaksana pembangunan pada firma Dummler & Co yang kemudian mulai dibangun pada 10 Agustus 1867.

Selain itu, pemerintah juga memberikan modal. Pada September 1668, wagon trem akhirnya didatangkan dari pabrik Bonnefond Ivry, Perancis. Setahun kemudian trem diresmikan di Batavia.

Firma Dummler & Co kemudian mengoperasikan trem kuda di Batavia dengan nama Bataviasche Tramway Maatschappij (BTM). Trem ini menjadi yang pertama kalinya di Asia.

Trem kuda dikemudikan oleh seorang kusir yang didampingi oleh kondektur. Lebar jalur rel (gauge track) 1.888 milimeter.

Kuda-kuda pengerak trailer trem dikandangkan di instalasi yang berada di daerah Paal Putih/Kramat, tepatnya di Gang Sekola. Tidak hanya kuda, gerbong-gerbong itu pun disimpan di Kramat.

Di Kramat ini, kuda berbagai jenis dari daerah-daerah Nusantara seperti Sumba, Timor, Sumbawa, Tapanuli (kuda Batak), Priangan, dan Makassar ini diberikan makanan seperti jerami agar berada dalam kondisi baik.

Kala itu, jam operasional trem dimulai dari pukul lima pagi hingga delapan malam, dan satu trem bisa lewat lima sampai enam menit sekali.

Harga tiket/karcis trem ini beberapa kali mengalami perubahan. Setiap penumpang akan diberi tiket yang distempel dengan nomor jalan.

Biasanya trem berhenti pada pemberhentian tertentu, namun penumpang bisa naik dan turun di pertengahan jalan. Pada awalnya trem ini dibagi menjadi dua kelas, yaitu kelas satu dan dua.

Namun perbedaan kelas hanya bertahan sebentar, karena pada bulan Agustus 1869 kelas satu dihapus, karena kuda tidak kuat menarik dua gerbong sekaligus.

Ada berbagai etnis yang ada di dalam gerbong trem. Harga tiket antara pribumi dan warga Eropa pun memiliki perbedaan.

Baca Juga: Indonesia dan Arab Saudi Perkuat Kerja Sama di Bidang Transportasi, dari Maritim hingga Penerbangan

Jalur trem kuda di Batavia ini selalu mengalami perubahan, bisa ditambah atau dikurangi. Namun satu hal yang pasti adalah jalur trem berada di tempat-tempat penting di Batavia.

Misalnya Amsterdamsche Poort (sekarang Jl. Pasar Ikan) sampai Harmoni, jalur lainnya Tanah Abang sampai Harmoni, dan terakhir Meester Cornelis (Jatinegara) sampai Harmoni.

Permasalahan dan Akhir dari Trem Kuda di Batavia

Trem uap yang kalahkan pamor trem kuda di Batavia

Kehadiran trem kuda di Batavia sebagai transportasi umum massal cukup membantu masyarakat. Namun, masa kejayaannya lama kelamaan makin berkurang, karena terdapat permasalahan.

Selama pengoperasiaannya, kuda-kuda penarik wagon trem memberikan kerugian bagi masyarakat kota Batavia seperti:

1. Kuda-kuda BAB dan kencing di jalan-jalan yang dilaluinya.

2. Kuda-kuda lokal yang dioperasikan sebagai penghela trem ternyata kurang efisien. Kuda-kuda kesulitan menarik wagon trem, bahkan banyak yang meninggal.

3. Tingginya pajak kuda, serta kuda-kuda tidak tahan dengan iklim tropis yang panas di Batavia.

4. Manajemen keuangan yang buruk dan belum adanya segregasi yang ketat, membuat banyak orang Barat menggangap penggunaan trem telah merendahkan martabatnya.

5. Trem kuda pada tahun 1880-an mulai kalah pamor dengan kemunculan trem uap. Pada tahun 1881, trem uap mulai dioperasikan di Batavia.

Permasalahan dan kemunculan trem uap membuat kerugian terhadap perusahaan induk dari trem kuda. Sampai akhirnya BTM memutuskan berhenti dalam mengelola trem kuda di tahun 1880.

Namun trem kuda masih tetap ada, setidaknya sampai pada 6 Januari 1887, yang kemudian diserahkan ke perusahaan induk trem uap.

Writer: Putri Surya Ningsih


Konten ini adalah kiriman dari Z Creators Indozone. Yuk bikin cerita dan konten serumu serta dapatkan berbagai reward menarik! Let's join Z Creators dengan klik di sini.

Banner Z Creators.

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi

Sumber: Jurnal Transportasi Trem Di Batavia 1942-1962