Toyota C-HR Plug-in Hybrid (Toyota)
Saat ini masyarakat Indonesia lebih cocok menggunakan mobil Plug-in Hybrid dibandingkan mobil listrik. Mengapa demikian? Itu karena mobil Plug-in Hybrid atau yang sering disebut pabrikan sebagai PHEV (Plug Hybrid Electric Vehicle), lebih efisien dan bisa digunakan tanpa alat charging seperti mobil listrik.
Mobil hybrid itu memiliki 2 buah mesin, yaitu mesin bakar dan motor listrik. Kedua mesin ini bekerja sama untuk menghasilkan efisiensi bahan bakar terbaik. Pengamat otomotif, Bebin Djuana mengatakan mobil PHEV sangat hemat karena 1 liter bensin bisa menjangkau 40 kilometer.
"Sebetulnya 2020 kalau pemerintah gesit, tidak perlu terburu-buru mempersiapkan alat charging. Buat peraturan untuk mobil plug-in hybrid. Mobil ini, 1 liter bensin cukup untuk 40 km. Mobil plug-in hybrid bisa di colok di rumah," kata Bebin pada Indozone, Senin (30/12).
Dengan mobil model ini masyarakat bisa merasakan bagaimana menggunakan mobil listrik, sehingga ke depan ketika ada mobil listrik mereka sudah familiar dan tahu bagaimana hematnya mobil-mobil dengan teknologi yang lebih ramah lingkungan tersebut.
"Kan pada mau belajar, rasanya pakai mobil listrik gimana sih? Ketika pulang ke rumah bukan hanya nge-charge handphone tetapi juga mobilnya, karena bisa di colok di rumah. Gak terlalu pusing kalau di parkir masih pada cari mana ya yang punya tempat charging. Gak ribet. Tapi yang pasti sangat hemat. 1 liter bensin diatas 40 km," terang Bebin
Hal ini bagi Bebin lebih masuk akal, sembari pemerintah mempersiapkan infrastruktur untuk mobil listrik. Namun tetap saja semua harus didukung oleh peraturan pemerintah sehingga harganya juga bisa terjangkau. Bila demikian masyarakat akan lebih memilih mobil tersebut karena lebih efisien.
"Jadi sebetulnya pengadaan charge itu mulai dikerjakan. Tapi peraturannya mendukung masuknya mobil plug-in hybrid, kalau tanpa plug in artinya mengandalkan mesin hidup. Charging-nya kalau mesin hidup baru nge-charge. Kalau plug-in hybrid anda bisa nyolok ke PLN," bebernya.
Bila pemerintah merestui hal tersebut dengan regulasi yang jelas, keuntungannya sangat besar. Masyarakat mendapatkan mobil efisien yang tidak menguras kantong sekaligus polusi udara dapat ditekan karena gas buangnya yang minim.
"Tapi semuanya tetap harus didukung aturan, supaya mobilnya gak Rp 1miliar lagi atau Rp800 juta. Harganya bisa ada di Rp 400-500 juta. Seharga Camry lah. Kan Fortuner harganya udah segitu kan. Padahal pakai bensinnya bisa diatas 1-40," ujarnya.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: