Jumat, 26 APRIL 2024 • 07:35 WIB

Revolusi Transportasi: Awal Mula dan Dampak Kereta Api di Sumatera Selatan Tahun 1859-1927

Author

Ilustrasi kereta api

INDOZONE.ID - Sejarah perkereta apian di Indonesia secara tidak langsung dipengaruhi dengan revolusi industri di Eropa pada abad ke-19.

Belanda membangun jaringan kereta api di Hindia Belanda pada abad ke-19 untuk menggantikan sistem transportasi yang lambat dan tidak efisien.

Pemerintah Hindia-Belanda melalui perusahaan kereta api Staatsspoorwegen (SS) yang didirikan pada tahun 1875 memiliki cabang di berbagai wilayah, termasuk Sumatera.

Zuid Sumatera Staatsspoorwegen (ZSS) yang dibentuk di Sumatera Selatan digunakan untuk mengangkut hasil alam dan batu bara.

Pembangunan jalur kereta api di Sumatera Selatan dimulai pada tahun 1914, dengan titik persimpangan di Prabumulih. Selain itu, Belanda juga membangun jalan raya untuk memudahkan administrasi wilayah.

Jalur kereta api dari Prabumulih ke Muara Enim dimulai pada tahun 1919, diikuti oleh jalur dari Muara Enim ke Lahat pada tahun 1924.

Sedangkan pembangunan jalur ke Lubuklinggau melalui Tebing Tinggi dimulai pada tahun 1927 dan selesai pada tahun 1933.

Meskipun rencananya menghubungkan seluruh Sumatera, hanya rute Palembang ke Lubuklinggau yang terealisasi.

Namun, hal ini menandai kemajuan ekonomi Belanda di wilayah jajahannya dengan jalur kereta api yang cepat, praktis, dan efisien.

Baca Juga: Jepang Hadirkan Kendaraan yang Bisa Berjalan di Jalan Raya dan Rel Kereta Api!

Angkutan Transportasi Kereta Api

Ilustrasi kereta api

Sejak abad ke-19, kereta api menjadi pilihan utama transportasi bagi penduduk, terutama karena biayanya lebih murah dan waktu tempuhnya lebih cepat dibandingkan moda transportasi lainya.

Meskipun saat itu ada perbedaan fasilitas antara golongan pribumi dan masyarakat Eropa.

Sama seperti sekarang, stasiun menjadi tempat utama dalam penggunaan jasa kereta api, di mana penumpang turun dan naik, serta barang dan hewan diangkut.

Di jenis transportasi ini, kepala stasiun bertanggung jawab atas semua kegiatan di stasiun, dan beberapa stasiun di Sumatera Selatan, seperti Stasiun Kertapati, Prabumulih, Muara Enim, Lahat, Tebing Tinggi, dan Lubuklinggau, masih beroperasi hingga saat ini.

Di sepanjang stasiun, kereta api menjadi transportasi jarak dekat bagi berbagai kalangan, termasuk pegawai pemerintah, pegawai swasta, pedagang, dan buruh.

Perhatian Belanda terhadap Sumatera Selatan pun semakin meningkat setelah dikeluarkannya Undang-Undang Agraria 1870 yang mendorong ekspansi perkebunan, khususnya untuk tanaman karet.

Wilayah ini dianggap memiliki potensi eksploitasi yang baik,terutama setelah penemuan bijih timah di Pulau Bangka pada tahun 1710 dan tambang batu bara di Tanjung Enim pada tahun 1891.

Kereta api digunakan untuk mengangkut barang-barang tersebut ke pelabuhan Batavia, melalui rute yang meliputi Lubuk linggau, Lahat, Muara Enim, Prabumulih, dan Kertapati.

Dalam mengangkut barang-barang tersebut, kereta api membutuhkan banyak gerbong karena jumlah dan jenis barang yang beragam.

Baca Juga: Sudah Ada 2 Juta Penumpang yang Naik Kereta Cepat Whoosh Sejak Beroperasi

Dampak Pembangunan Kereta Api bagi Perekonomian

Ilustrasi kereta api

Pembangunan jaringan kereta api di Sumatera, khususnya Lampung, memberikan dampak positif yang signifikan bagi perekonomian daerah.

Pasalnya, Lampung sebagai pusat ekonomi perkebunan di bagian selatan Sumatera memiliki komoditas unggulan seperti karet, kopi, kopra, dan lada, serta sumber daya tambang seperti pasir besi, batu bara, dan minyak bumi, yang mendukung industri lokal dan ekspor Hindia Belanda.

Menurut Resident Berkhout pada tahun 1925, jalur kereta api di Sumatera Selatan telah berkontribusi besar dalam meningkatkan produksi ekonomi lokal.

Infrastruktur jalan raya dan kereta api yang dibangun oleh pemerintah kolonial, membuka akses ke daerah terpencil dan mendorong pertumbuhan ekonomi.

Sementara itu, desain jalur kereta api di Sumatera Selatan didasarkan pada survei sebelumnya pada tahun 1902 dan 1908, yang menargetkan wilayah-wilayah potensial seperti perkebunan dan pertambangan.

Aktivitas perdagangan dan pengiriman melalui Stasiun Kotabumi juga berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi Kotabumi sebagai pusat ekonomi di wilayah Lampung Utara. 

Writer: Putri Surya Ningsih


Konten ini adalah kiriman dari Z Creators Indozone. Yuk bikin cerita dan konten serumu serta dapatkan berbagai reward menarik! Let's join Z Creators dengan klik di sini.

Banner Z Creators.

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi

Sumber: Jurnal Pembangunan Jaringan Transportasi Di Lampung