Senin, 15 JANUARI 2024 • 16:59 WIB

Fakta Kelam di Balik Tambang Bahan Baterai Kendaraan Listrik di Kongo: Penggusuran Paksa hingga Perbudakan Anak

Author

Sisa-sisa penggusuran pemukiman warga di lokasi tambang kobalt, Kolwezi, Kongo. September 2022.

INDOZONE.ID - Kobalt, bahan vital dalam produksi baterai dari perangkat smartphone hingga kendaraan listrik, memiliki kisah kelam di Republik Demokratis Kongo (RDK).

Meskipun dikenal sebagai pemilik cadangan tambang kobalt terbesar, Kongo malah tenggelam dalam masalah sosial dan ekonomi.

Baca Juga: Presiden Jokowi Kunjungi Pabrik VinFast di Vietnam: Dukung Investasi Perluas Ekosistem Mobil Listrik di Indonesia

Sekitar 39.000 bangunan, termasuk rumah, sekolah, dan rumah sakit, terancam atau bahkan hancur karena ekspansi tambang ini.

Penggusuran paksa tanpa komunikasi yang memadai dan ketidakjelasan rencana perluasan tambang menambah derita warga.

“Kami tidak diminta untuk pindah, perusahaan dan pemerintah hanya datang dan memberitahu kami ‘Ada mineral di sini’,” ungkap Edmond Musans (62) yang merupakan salah satu korban penggusuran paksa di Kolwezi, Kongo.

Baca Juga: POLYTRON Luncurkan Fox-S, Motor Listrik dengan Performa Andal: Cuma Rp9 Jutaan!

Pentingnya tambang kobalt ini juga tercermin terlibatnya anak-anak sebagai pekerja tambang, yang harus membawa beban berat setiap hari selama 12 jam dengan bayaran yang tidak sebanding.

Lebih dari 40.000 anak di Kongo terlibat dalam kondisi kerja yang merugikan, menjadi korban ketidakadilan dalam bisnis tambang ini.

Dengan demikian, sementara dunia memanfaatkan kobalt untuk kemajuan teknologi, Kongo terus menderita akibat pemanfaatan sumber daya alamnya.


Z Creators.

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi

Sumber: Amnesty